Jumat, Agustus 01, 2008

The Magnificent Seven


Serial yang boleh dibilang lawas ini mendapat kehormatan menjadi yang pertama saya ulas di sini. The Magnificent Seven sejatinya merupakan versi televisi dari film tahun 1960-an berjudul serupa (dibintangi antara lain oleh Yul Brynner), sementara film tersebut adalah versi barat Seven Samurai-nya Akira Kurosawa. The Magnificent Seven pernah diputar SCTV sekitar tahun 2000, dua tahun setelah penayangannya di AS. Serial dua musim ini punya riwayat yang cukup unik. Ceritanya, setelah jalan satu musim sebetulnya serial ini sempat mau dihentikan. Namun, fans fanatik serial bergenre western ini menggalang dukungan, bikin petisi dan iklan yang intinya memaksa produser dan petinggi stasiun teve untuk melanjutkan serial kesayangan mereka. Dan jadilah, The Magnificent Seven akhirnya dibuat satu musim lagi. Jadi, jangan remehkan kekuatan fans.

Episode pertama (pilot) The Magnificent Seven plotnya mirip dengan versi filmnya. Berkisah tentang tujuh pria yang diminta untuk membantu sebuah desa bertahan dari serangan orang-orang jahat. Kalau di film ceritanya putus sampai di situ, di serial tujuh orang itu malah menjadi penjaga keamanan di sebuah kota kecil (yang sepanjang serial tak pernah disebut namanya) tanpa hukum tipikal daerah barat Amerika pada masa itu setelah mereka mengesankan Hakim Federal Orin Travis. Ketujuh pria yang merupakan karakter utama serial ini adalah Chris Larabee (Michael Biehn, bintang Terminator), Vin Tanner (Eric Close, sekarang main di Without A Trace), Ezra Standish (Anthony Starke, akhir-akhir ini suka muncul sekilas di beberapa serial top seperti House), JD Dunne (Andrew Kavovit), Nathan Jackson (Rick Worthy), Buck Wilmington (Dale Midkiff, bintang Time Trax), dan Josiah Sanchez (Ron Perlman, film terbarunya Hellboy 2).

Salah satu daya tarik The Magnificent Seven adalah dinamika interaksi antara tujuh tokoh utamanya yang punya karakter berbeda dan kadang begitu kontras sampai menimbulkan potensi konflik. Coba disimak, Chris seorang pendekar berpistol yang terobsesi mencari pembunuh anak-istrinya, Buck sobatnya yang setia dan penggemar perempuan, Vin penembak jitu dan pelacak jejak yang jadi buronan atas pembunuhan yang tak dilakukannya, Ezra adalah penjudi dan artis penipu profesional, pria yang sebetulnya lebih baik dari yang tampak dari luar. Kemudian ada JD si anak bawang, Nathan yang bekas budak kini penyembuh, serta Josiah mantan pendeta yang mencari penebusan. Bisa dibilang tujuh orang itu tak ada mirip-miripnya, kecuali dalam soal menegakkan keadilan dan masa lalu yang kelam. Namun, mereka dapat menjadi satu tim yang solid bila ada situasi mengancam (yang muncul di setiap episode tentu saja).

Bagi saya, The Magnificent Seven adalah salah satu serial bergenre western terbaik yang pernah saya lihat. Karakter utama yang menarik, ramuan cerita yang memadukan drama, komedi dan aksi merupakan kekuatan serial ini. Memang di sana-sini terdapat kekurangan, seperti masalah akurasi sejarah, banyaknya tokoh utama membuat cerita kadang kurang fokus dan para pemeran yang dianggap terlalu "manis" untuk jadi koboi daerah barat era abad sembilan belas. Namun, saya pribadi dapat memaafkan kekurangan tersebut mengingat The Magnificent Seven adalah serial bagus tentang mempertahankan moral, keadilan, dan kemanusiaan di dunia yang gersang dan keras. The Magnificent Seven adalah kisah tentang jiwa yang tertempa oleh masa lalu yang keras dan berliku, yang mendambakan penebusan, yang terlengkapi dengan adanya teman sejalan. Dan kita bisa menikmati petualangan tujuh koboi itu dilatari musik orkestra yang sedap dari Elmer Bernstein, yang komposisinya untuk lagu pembuka serial ini sudah tidak asing lagi karena dipakai sebagai lagu iklan Marlboro.

Tidak ada komentar: