Selasa, Oktober 21, 2008

Psych

Cenayang bohongan yang menjadi tema serial ini sebetulnya merupakan fenomena yang jamak terjadi di Indonesia. Cuma kalau di negeri kita yang banyak terdengar adalah cerita-cerita kriminal getir tentang dukun palsu yang mengibuli korban habis-habisan (sampai dihabisi pula, kadang), sementara sosok yang mengaku cenayang di serial Psych setidaknya doyan ikut campur memecahkan kasus-kasus kriminal, walaupun polahnya tak senantiasa positif juga.

Serial yang sedang jalan musim ketiganya ini ada yang menyebutnya sebagai versi parodi dari serial Monk yang ditayangkan oleh jaringan stasiun televisi yang sama, USA Network. Saya kira sebutan itu tidak salah, soalnya meski ada beberapa elemen yang mirip, Psych terkesan lebih santai dan ringan dibandingkan dengan Monk. Istilahnya, serial berondong jagung yang renyah dikunyah, tetapi kurang substansial.

Psych mengisahkan tentang dua sahabat, Shawn Spencer (James Roday) dan Burton Guster (Dule Hill) yang mendirikan biro detektif cenayang. Gara-garanya suatu hari Shawn untuk kesekian kalinya memberi petunjuk tentang perkara kriminal dan polisi malah jadi curiga padanya. Untuk mengelakkan tuduhan polisi, Shawn mengaku dirinya punya indera keenam, alias cenayang, padahal kemampuan yang dimiliki aslinya adalah ketajaman memori, deduksi dan persepsi sensori luar biasa yang dilatihkan sang ayah yang mantan polisi sejak dini. Berbekal "kecenayangan" dan biro yang mereka dirikan, Shawn dan Gus bersama-sama membantu (dan juga merecoki) kerja polisi menyelidiki berbagai macam kasus.

Menurut saya, masalah paling mendasar pada serial ini adalah temanya. Baiklah, ide bahwa Shawn bisa meyakinkan orang bahwa dia cenayang mungkin bisa diterima, tapi dalam jangka pendek. Katakanlah satu musim. Selanjutnya, apakah orang (dan seharusnya polisi) tidak curiga karena "kemampuan" Shawn muncul dengan sangat selektif, perlu didasari fakta sebelumnya dan menghasilkan kesimpulan yang bisa ditarik siapa saja yang mau berpikir. Namun, boleh jadi para tokoh lain di serial ini sengaja menutup mata karena mereka perlu perspektif yang berbeda. Kemudian, meski kombinasi Roday-Hill cukup menghibur, Roday kurang mampu membuat penonton mengidentifikasi diri dan peduli dengan sosok Shawn yang sering dimainkan terlampau gila-gilaan, ceroboh, dan seenaknya. Ada beberapa momen yang membuat saya mengeluh bareng Gus melihat tingkah Shawn, malah. Ya, seperti yang sudah saya katakan di atas, serial ini tampaknya dirancang murni untuk menghibur dan ditonton selagi senggang.

Tidak ada komentar: